Wednesday, July 27, 2011

The Pink Book and Cleff (Chapter 10)

A t the same time different place….

“ Sandy, tumben banget si Mell ga berangkat sekolah. Dia kenapa?? “, Tanya seorang ketua cheers yang biasa cari masalah dengan Sandy.

“ Adeknya masuk rumah sakit semalem. Tadi pagi bokapnya telpon gue, suruh gue nyampein ke Bu Enni. “

“ Oh… itu beneran bokapnya yang telpon apa karangan lu aja? “

Kata-kata yang dilontarkan dengan nada mengejek, membuat Sandy yang tadinya berwajah khawatir, menjadi berwajah penuh dengan emosi dan berdiri didepan si ketua cheers.

“ Lu, SANTANA MONICA!! “

“ Iya? “, jawab si pemilik nama dengan centil.

“ Jangan pernah sekalipun ngomong sembarangan soal Mell! “

“ Ooooo…. I’m so scared! “, balasnya dengan wajah takut yang dibuat-buat, “ Asal lu tau aja! Gue nggak pernah takut dengan nada ngomog lu yang sok berani. Jangan kira dengan lu berteman dengan Mell, semua pihak sekolah akan berpihak sama lu! Gue tau kalo lu berteman sama dia hanya karena dia anak kepsek dan hartanya yang nggak habis 7 turunan. Seandainya Mell tau, dia pasti bisa nangis 30 hari 30 malem!! “

“ Asal lu tau juga! Mell bukan seorang yang cepet percaya tanpa bukti nyata didepan mata dia!! “

“ So scared… your fangs never make me scared! “

“ Then show your fangs off!! “

“ Why I have to show my fangs with the one who always hiding behind the principal’s daughter’s back?? “

Sandy mengambil 1 langkah lebih dekat dan berkata, “ I’ll make your fangs fall down! “

Lenggak lenggok si ketua cheers menuju ke kelasnya, mengakhiri perang yang baru saja dimulai. Santana Monica, ketua cheers yang nggak segan-segan menggunakan segala cara untuk mempertahankan kursi ketua cheers, selalu mengganggu Sandy dengan berjuta kata-kata yang bertujukan untuk menjatuhkan. Latar belakang dari semua itu hanya 1, Sandy adalah sahabat dari anak KepSek yang berkuasa di SMA itu. Santana dikuasai oleh rasa iri hati dan Sandy dikuasai oleh emosi dan amarah yang selalu berkobar saat Santana memulai perang. Melihat Santana berjalan menuju ke arah Sandy = menggemakan gendang perang seperti gendering yg ada di Pocahontas. Sekejap perhatian Sandy langsung di pusatkan ke arah bunyi gendang perang berasal. Suara sepatu putih garis-garis pink dan gelang-gelang yang bertabrakan di tangan mulus Santana, menjadi sebuah signal untuk berwaspada. Dan Cuma 1 kalimat yang Santana katakana untuk Sandy, “ Gue mau lo hilang!! “. Kalimat yang cukup singkat untuk dikatakan tanpa berhenti dan memalingkan muka, kalo nggak ada kalimat itu, Santana hanya tersenyum dengan arti yang sama dengan kalimat tadi. Semua itu hanya karena 1, persahabatan Sandy dan Mell.

Mell masih belum menelepon atau pun mengirim SMS kepada sahabatnya yang sedang memikirkannya seharian disekolah. Hal terakhir yang ada di dalam otak Sandy adalah ke kampus pacarnya. Well, hari itu adalah hari lomba debat yang sudah dinanti Mell selama ini. Tapi ternyata sayangnya Mell nggak bisa nonton sang idola.

Sesampainya di kampus….

Halo Beib, aku udah di parkiran, mau ketemu dimana? “

“ Udah di parkiran aja. Kamu udah ganti baju kan? “

“ Udah kok. “

“ Bagus deh. Aku nggak mau kamu kena shoot sama wartawan. “

“ Aku ngerti kok. Eh, lomba dimulai jam berapa? “

“ 2 jam lagi beib. Laper nih. “

“ Aku udah bawain sushi kok. Kita makan bareng aja di kantin. “

“ Ok deh. Ngerti banget kalo aku kelaperan. “

“ Hehehehe… Sandy gitu lho! “

“ Mobil kamu udah kelihatan nih. “

“ Aku keluar deh. “

Percakapan yang dilakukan melalui telpon celluler tadi langsung di akhiri. Seuah senyum manis terbentuk di bibir pink Sandy dan sang pujaan hati berjalan dengan tenang menyambut kekasihnya.

“ Well, my lovely idol, ada 3 kotak sushi disini. Kalo misal tu perut gentong masih belom penuh, ada cadangan 1. Ntar aku makan dikit deh biar kamu bisa makan banyak-banyak. “

“ Beib, aku itu mau debat bahasa inggris, bukan lomba cosplay. “

“ Tapi kamu kan suka sushi… “, jawab Sandy dengan wajah kecewa.

“ Iya. Aku becanda doing kok Beib. “

“ Becandanya gitu banget! “, jawab Sandy lagi dengan nada manja yang disukai pacarnya. Senyuman manis kembali keluar dan pacarnya tersenyum manis.

“ 3 kotak bekal sushi ini, biar seorang Cleff Gray Budiman aja yang bawa. Sandra Andria cukup berjalan disebelah Cleff. “

“ Ok! “

Kotak bekal langsung diambil dari tangan Sandy dan mereka berjalan bersama sampai ke kantin. Menunggu waktu yang tepat untuk berjalan menuju tempat lomba.

RS St. Antonius pagi menjelang siang 11.30 AM…

“ Bi, kita udah sampe. Bangun dong! “

“ heh? Udah sampe ya non? “

“ Iya bi. Ayo turun! “

Bibi mengucek-ucek matanya dan mengumpulkan nyawa yang sempat terbang ke dunia mimpi 15 menit lalu. Perjalanan dari rumah sampe RS lumyan singkat karena jam yang mereka tempuh adalah jam dimana manusia-manusia Jakarta sibuk dengan prioritas masing-masing.

Begitu keluar dari mobil, Mell berjalan dngan langkah yang cepat dan segera menuju ke ruang ICU. Didepan ruang ICU, didapati orang tuanya sudah nggak lagi duduk disana. Dengan wajah bingung, Mell menuju resepsionis dan mendapati bahwa adiknya sudah dipindah ke ruang VIP yang pas untuk perawatan adiknya. Sesampainya di ruang VIP, Mell menelan ludahnya dan menarik nafas dalam-dalam, melatih bibirnya untuk memberikan senyum termanis bagi orang tuanya, juga berharap adiknya sedang duduk di atas ranjang sambil berbicara dengan orang tuanya. Tapi apa yang dilihat Mell setelah memasuki ruangan, berbeda 180° dengan apa yang ada didalam benaknya.

Kevin masih berbaring dengan mata tertutup, nafasnya tidak terdengar, wajahnya pucat. Untuk anak seumuran Kevin, mungkin bisa menerima kenyataan bahwa dirinya mempunyai organ tubuh yang lemah. Teringat kembali apa yang dokter katakan padanya semalam. Sekali lagi ketakutan melingkupi jiwanya, badan gemetar dan nggak berani membayangkan hal-hal yang dokter katakan.

“ Mereka orang tua kamu? “

“ Iya, dok. Gimana adik saya? “

“ Adik kamu terkena kanker otak. Kelihatannya adik kamu sering terkena benturan keras. “

“ Benturan? “

“ Iya. Apa dirumah sering main kejar-kejaran? “

“ Nggak sih dok. Mungkin disekolah. Dia kan masih SMP, mungkin aja di sekolah main sama teman-temannya. “

“ Dia harus dirawat disini sampai keterangan jelas saya dapatkan. Sejauh ini yang bisa saya dapati adalah, keadaan sudah lumayan parah. Saya dan suster yang lain akan berusaha untuk menyembuhkan adikmu. “

“ Makasih dok. “

Kabar dokter semlam sedikit membuatnya takut, tapi setelah mendengar itu, Mell memutuskan untuk memasang wajah tegar dan kuat walaupun hatinya takut akan hal yang terjadi selanjutnya, “ Papa mama udah khawatir sama Kevin, gue nggak mau nambahin. “, begitu pikirnya sambil senyum semalam.

“ Nyonya, ini ada jus sama roti. Makan dulu ya nyonya, tuan. “

“ Bibi sama Mell aja. Saya nggak mau makan. “, jawab si Nyonya.

“ Ini brownies kesukaan nyonya, makanlah sepotong. “

Senyum yang tak terlihat sejak semalam, kini terlihat jelas di bibir mama Mell. Dengan lembut, dia mengambil kantong yang ada ditangan bibi. Si nyonya kembali tersenyum bisa membau aroma brownies yang sedap. Dalam hati, si nyonya berharap bahwa Kevin akkan terbangun karena bau brownies yang menggoda ini.

Si tuan ikut tersenyum melihat istrinya tersenyum, suasana hati sedikit terobati. Mell hanya melihat mereka dari ranjang pasien dan kembali melihat Kevin. Kevin yang terbaring lemah mulai menggerakkan tangannya....

Kampus...

" And the winner is.. Cleff's team!! "

Sorak sorai dari penonton membuat ruang lomba menjadi gaduh. Sandy yang berdiri di belakang meja team Cleff, langsung berdiri dan meneriakkan namanya keras-keras. Melihat badan Cleff berbalik, Sandy berlari hendak memeluknya. Tapi yang dilihatnya adalah mimik muka Cleff yang seakan-akan khawatir akan sesuatu.

" Kamu kenapa beib? "

" Ga apa-apa.. "

Jawaban itu dirasa nggak puas dan Sandy makin penasaran dengan apa yang sedang mengganggu pikiran kekasihnya ini.

No comments:

Post a Comment