Monday, April 13, 2015

Lit of Hope

People always hoping when they open their eyes in the morning after a longs short sleep, they'll see the dearest one enjoying his/her dream beside them. Hoping that they will be the first person who the dearest see in the morning and it will make their day. Maybe it will be the sweetest one of the day. But not for Egi neither Tamara.
Pagi ini keduanya sama-sama terbangun pukul 5.30 pagi dengan suasana hati yang berbeda di tempat yang berbeda. Tamara dengan hati kekinya dan Egi dengan hatinya yang berbunga. Just like other people, they jumped of the bed and starting their day.

What should I do?? Aku masih pingin ketemu but this dragon nest's  keeper is back!! Sambil menyisir rambut panjangnya, Tamara kembali mempelajari bahan rapat yang kemarin sore dia persiapkan. Hari ini lagi-lagi rapat dengan manager dan beberapa staff dari salah satu hotel yang dikelola papanya. Hotel besar di kota kecil memang tidak begitu lancar untuk dikelola, tapi setiap aset harus mempunyai perlakuan yang sama. Semuanya harus dirawat dan diurus dengan baik.
Pikiran Tamara kembali melayang ke adegan semalam yang sudah diimpikannya selama bertahun-tahun. Peluk dan suara Egi yang dirindukannya selama ini akhirnya dirasa dan didengarnya juga. Kertas data tidak lagi dipandangnya, pandagannya kosong dengan pikiran yang sibuk flashback tentang kencannya semalam. Hatinya bertanya-tanya apakah ini artinya mereka kembali bersama? Apakah hari-harinya akan menjadi berwarna seperti dulu? Tangannya bergerak membuka laci meja rias dan mengeluarkan benda kenangan yang tersimpan rapi. Setiap moment tersimpan rapi, memandang semua itu membuat Tamara tersenyum dan bersemangat untuk menjalani harinya.
Dengan sangat tidak sabar, Tamara bergegas menyelesaikan persiapannya ke kantor. Di ruang makan papanya sudah selesai menyantap sarapan dan siap untuk berangkat.

" Kamu mau kemana? "
" Kantor. ", jawabnya sambil mengoles selai strawberry diatas roti gandumnya.
" Kan semalam papa sudah bilang, you're grounded for a week. "
" Really? I didn't hear anything. ", jawabnya sambil menaruh rotinya kembali di piring, " Mbak, aku sarapan di Starbuck aja. "
" Kunci mobil kamu sudah papa ambil waktu kamu lagi mandi. "
" Siapa bilang? Barusan aku ambil dari kamar papa kok sebelum turun kesini. ", jawabnya enteng sambil berjalan menuju mobil.

Sebelum Tamara tidur, ia menyadari ada yang hilang dikamarnya dan ia tahu harus kemana mencari dan ternyata didapatnya juga. Hal seperti ini bukanlah yang pertama kali, jadi Tamara sangat tahu apa yang harus dilakukannya. Hanya saja kali ini Tamara mempunyai nyali yang tinggi. Sebelum masuk mobil, Tamara bisa merasakan pandangan tajam papanya dari balik tirai ruang tamu.

Rapat Tamara hari ini adalah tentang acara pameran fotografi di hotel terkecil milik papanya. Acara pameran fotografi ini sekaligus menjadi ajang pembesaran nama Hotel Aphrodite yang mempunyai ciri bangunan khas Belanda-Eropa yang berkesan seram sekaligus unik bagi penduduk sekitar. Maka dari itu, akan ada pameran fotografi diadakan di hotel tua ini. Bangunannya selalu diperbaharui dan mempunyai dekorasi yang membuat wisatawan tertarik menginap disana. Website penginapan sangatlah update, selalu menawarkan fasilitas terbaik yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi. Tapi dikarenakan adanya tempat wisata yang sangat banyak dan menarik di kota besar, wisata alam yang ada di daerah kecil hampir tidak terjamah walau pun wisatawan sering mencari pemandangan alam yang dekat dengan penginapan nyaman.

Sesampainya di ruang rapat, setiap koordinator sudah tiba dan siap untuk memulai rapat. Hanya saja ada 1 kursi kosong yang menarik perhatian Tamara. Menyadari pandangan aneh Tamara, salah satu peserta rapat mulai menjelaskan, " Yang duduk disitu nanti itu arsitek yang juga adalah fotografer handal. Dia yang nantinya mengatur pameran fotografi. " Tamara hanya mengangguk dan langsung membuka file rapatnya. Fotografer yang katanya handal itu belum juga datang dan mereka harus memulai rapat. Karena kesal, Tamara langsung memulai tanpa menunggu tamu.
" Seorang profesional bukanlah profesional jika ia datang terlambat! Mari kita mulai... "
" Maaf saya terlambat. Semalam saya ada urusan yang membuat saya tidur larut. "
Kedatangan fotografer yang disambung permintaan maaf membuat Tamara tidak bergeming setelah emosinya tadi. Tamara tidak menyangka fotografer yang disewa oleh manager Hotel Aphrodite adalah Egi.
Tamara sedikit tersipu tapi ia ingat bahwa ia harus memimpin rapat.
" Selamat datang dan terima kasih untuk penjelasan keterlambatan anda. Silakan duduk dan mari kita mulai rapat. "

Sulit bagi Tamara dan Egi untuk fokus didalam rapat. Tapi untunglah rapat bisa berjalan dengan baik. Setelah rapat, Tamara langsung berjalan menyuruh sekretarisnya untuk memesan ruangan VIP di restoran Jepan dekat kantor  menyusun jadwal langkah selanjutnya bersama Egi dan manajer serta sekretaris Tamara.
Pelayan langsung memepersilakan mereka duduk di ruangan tertutup yang sudah dipesan dan mulai berdiskusi sementara sekretaris Tamara, Maria, memesankan makanan untuk mereka berlima.
" Jadi, Pak Egi, kapan Anda bisa datang ke hotel kami? ", tanya Pak Suta dengan raut wajah serius dan tegang.
" Saya bisa datang kapan saja karena proyek saya yang terakhir sudah beres. "
" Bagaimana dengan besok? Saya bisa menyiapkan sebuah kamar untuk Anda hari ini. "
" Baik! Apakah ada list acara yang pernah diadakan di hotel? "
" Dulu sekali saat aku masih SD, sering sekali ada acara tradisional disana. Mungkin karena sekarang orang mulai meninggalkan hal-hal tradisional, sudah tidak lagi diadakan acara seperti dulu. ", jawab Tamara sambil menyisip teh hijau yang baru saja dihidangkan.
" Bagaimana dengan mengadakan acara Kartini-an di hotel? Setiap tamu undangan diwajibkan memakai pakaian tahun itu dan kita bisa mendekorasi ruangan ala zaman Kartini. "
" Bagaimana dengan pameran fotografi?? ", tanya Pak Suta gelisah. Pak Suta gampang sekali dilanda khawatir bila ada masalah mengenai Hotel Aphrodite. Katanya, sejak kecil Pak Suta ingin sekali bekerja di Hotel Aphrodite dikarenakan oleh ia sudah jatuh cinta dengan hotel itu.
" Pameran fotografi masih bisa dijalankan. Kita mengadakan saja lomba fotografi dengan tema 'Hitam Putih Zaman Kartini', bagaimana? "
" Ketentuan? "
" Semua orang boleh mengikuti lomba ini. Dari anak muda hingga orang dewasa, tidak perlu membatasi usia. Batas pengiriman foto adalah 19 April, jadi kita masih punya waktu untuk mencetak dan menaruhnya di hotel. "
Pak Suta mendengarkan percakapan Egi dan Tamara dengan seksama sambil berharap hotel ini bisa kembali berjaya.
" Jadi, kita akan mengadakan lomba yang berakhir tanggal 19 April lalu mengadakan pesta sekaligus pameran dan pengumuman pemenang tanggal 21 April? ", tanya Tamara dengan semangat.
" Iya! Betul sekali! ", jawab Egi dengan senyum yang tidak bisa ditolak oleh hati dan mata Tamara. Mendengar ide itu, wajah Pak Suta menjadi lebih cerah dan bersemangat. Mengingat masyarakat kini sangat menggemari fotografi dan hal-hal vintage, Pak Suta bisa merasakan adanya harapan bagi Hotel Aphrodite. Tapi bila acara ini gagal, berakhirlah Hotel Aphrodite.

Untunglah Maria dan Pak Suta sedang sibuk dengan catatan masing-masing dan tidak melihat senyum tamu dan atasan mereka. Bila mereka melihatnya.....



Quote of the day
~Berbahagialah mereka yang belum melihat tetapi percaya~

No comments:

Post a Comment