Sebuah makan malam yang dulunya hanya menjadi mimpi malam
hari, baru saja ia lakukan bersama Egi. Tamara tidak menyangka bahwa Egi masih
ingat makanan kesukaannya dan apa yang Egi berikan malam ini dirasa cukup oleh
Tamara setelah menahan segalanya selama 7 tahun. Perasaannya meluap hingga ia
tidak bisa menahan air mata dipelukan Egi saat mereka sedang berdansa di ruang
tengah. My sentimental reason menemani langkah manis mereka malam itu. Mungkin
kata orang lain benar, saat 2 insan jatuh cinta dunia serasa milik berdua saja.
" Tamara.. "
" Ya? "
" Berapa lama kamu membayangkan ini? "
" Ini apa? "
" Ya moment ini. "
" Pura-pura nggak tau atau kamu memang tidak
menghitungnya? "
" Setahuku, kita sudah berpisah selama 2,555 hari.
"
" Artinya kamu sudah membayangkan moment ini selama
2,555 hari? "
Tamara menghentikan langkah dansanya dan air matanya
perlahan kembali keluar. Egi memberikan pelukannya lagi untuk Tamara, ia ingin
malam ini menjadi malam dimana Tamara bisa mencurahkan semuanya. Tapi yang ia
dapat lebih manis dari perkiraannya. Ia melihat Tamara yang dulu, yang dulu
susah melepaskannya dan manja didekatnya.
Egi dan Tamara menghabiskan waktu semalaman untuk
menceritakan semua kisah yang terlewatkan sambil Tamara menyandarkan diri pada
Egi. Masa-masa orientasi kuliah, usaha banyaknya lelaki yang mengejar Tamara
dan perempuan yang mengejar Egi, dan hal lain yang menjadikan mereka sebagai
mahasiswa terbaik di kampus masing-masing. Moment malam itu adalah moment yang
tepat bagi mereka untuk memohon Kronos istirahat sejenak. Untunglah papa Tamara
sedang pergi berlibur di Auckland, Tamara bisa pulang dan pergi sesuka hati
tanpa melapor. Well, she's not a teenager anymore, right? She can do anything
she wants as long as she takes responsibility for all of them.
" Egi…. "
" Ya? "
" I don't want to go home. ", kata Tamara sambil
memutar badannya dan memandang Egi dengan wajah sedih.
" But you should. You can't stay in my home. "
" I know, but I don't want to go home. "
" You still miss me? "
" Should you ask? Uh! "
" Am just kidding, sweetheart! You should go home, take
a rest and prepare for tomorrow's meeting. "
" Because you said so…. ", jawab Tamara sambil
bersiap pulang.
" Thank you for coming. ", kata Egi sambil menatap
dalam mata Tamara. No woman can resist that expression from the beloved ones
and she just melt like that! What a perfect night!!
20 menit kemudian….
" Where have you been? ", suara yang pelan dan
dalam menyambut Tamara didalam rumah. Tak disangka bahwa papanya akan pulang
secepat ini. Pikirnya, pasti body guard tersembunyi papa yang lapor tentang
kencan dadakannya malam ini.
" Papa bukannya pulang minggu depan? "
" Papa nggak bisa liburan tenang kalau tahu anak
perempuan papa pergi keluar dengan sembarang
orang. "
" Hah? Sembarang?! Info macem apa yang papa dapet
tentang Egi?! Papa pasti tau kan kalau Egi udah disini?! "
" Kembali kekamarmu dan jangan keluar rumah selama
seminggu! "
" Dad!! I'm not a 10 years old girl anymore! Let me do
what I want! "
" What you want is not the best! "
" No, Dad! You can't decide everything to me! If my
choice is wrong, let me take the risk and pain!! "
" Can you bear the pain?? I doubt it! "
" I'm your daughter! You taught me how to bear all
pain!! "
Ya, Tamara dibesarkan dan dididik untuk melawan semua beban
mental. Memang tidak ada beban yang lebih besar dari beban Dia yang memberikan
dirinya di salib, tapi bila dipikirkan secara logika, tidak sepantasnya gadis
muda diperlakukan dengan cara seperti, cara untuk membesarkan anak umur 10
tahun. Tamara tidak peduli dengan hukuman yang papanya beri. Besok dia akan
tetap pergi ke kantor dan mengerjakan tanggung jawabnya. Sejenak HPnya berdering
dan SMS yang didapatnya membuat hati makin meledak.
Your relationship is forbidden! I never allowed my daughter
Having a relationship with that kind of boy!
No comments:
Post a Comment