Pagi hari sudah datang, mentari sedang enggan menampakkan diri dan memilih bersembunyi di balik awan putih. Sinarnya terpancar hingga ke semua penjuru dan membuat para wanita bisa menikmati menjemur badan di pagi hari. Grand father clock yang ada di ruang tengah berdentang 9 kali, menandakan sudah pukul 9 pagi. Hari itu adalah hari kamis, dan Mell sudah terlambat pergi ke sekolah. Tampaknya sang ayah sudah menghubungi si bibi yang pagi tadi sudah sibuk dengan pekerjaan sehari-harinya, menyuruh si bibi untuk tidak mengganggu tidur nyenyak Mell. Apa yang terjadi kemarin benar-benar menguras tenaga Mell. Kegelisahan, kekhawatran, galau dan kalut, benar-benar telah membuat Mell lemas tak bertenaga.
Si bibi tahu apa yang harus dilakukannya agar anak majikannya bisa menampakkan senyum manisnya seperti hari-hari biasa. Pagi-pagi benar si bibi berbenah diri dan melangkahkan kaki menuju pasar pagi. Daftar belanjaan hari itu nggak banyak, karena si bibi hanya akan membeli beberapa buah segar kesukaan anak majikannya, yaitu apel, jeruk, anggur, strawberry, leci, dan pear. Tidak lupa juga si bibi membeli susu untuk membuat ramuan dalam misi ‘ Membuat si Non Senyum Lagi ‘. Sesampainya dirumah, Grand father clock menampakkan jarum pendek diantara angka 5 dan 6 dan jarum panjang di angka 6. Senyum bibi sedikit memudar melihat si non masih tertidur pulas dengan wajah pucat dan bekas air matanya yang mengalir hampir seharian. Tapi setelah itu, si bibi nggak mau pemandangan itu merusak semangatnya yang dari tadi sedang berkobar dan panas, panasnya melebihi api yang biasa menyala didapur. Sebelum memulai misinya, bibi mengambil selimut tambahan untuk kaki Mell karena Mell jaket papanya yang lumayan tebal itu hanya membalut leher hingga pinggang saja. Kakinya sedikit biru, tanda dinginnya pagi sempat menusuk kaki telanjangnya.
Semangat untuk menyelesaikan misi tambah berkobar. Sebelumnya, si bibi membersihkan seluruh rumah demi si non bisa menginjakkan kakinya di lantai rumah dengan nyaman. Setelah semua kinclong seperti dahi Mang Udin si tukang bakpao yang biasa keliling komplek, bibi melangkahkan kaki menuju dapur. Buah-buah serta bahan lainnya menunggu untuk diubah menjadi sesuatu yang berguna bagi si penyantap.
Untuk langkah awal, si bibi membuat sebuah adonan brownies 2 lapis, lapis pertama adalah rasa coklat dan lapis kedua adalah rasa jeruk. Rasa jeruk yang akan dimasukkan kedalam brownies adalah rasa jeruk alami yang akan diperas sendiri oleh bibi, jadi vitamin yang terkandung didalam jeruk masih murni dan alami. Coklat yang digunakan adalah coklat dengan tingkat kepahitan 88%, jadi jantung yang sudah berdebar kencang semalam bisa diperkuat. Ditambah ramuan madu murni yang biasa dibawa si bibi dari desanya kalo pulang kampong, 1 sendok makan cukup untuk menambah gula sebagai kekuatan tambahan. Telur yang digunakan sebagai adonan adalah telur yang dibeli bibi kemarin langsung dari kandang ternaknya. Setelah semua bahan sudah di olah dan siap untuk di kukus, bibi langsung memasukkan 2 adonan ke dalam panic yang berisi air panas dan tinggal menunggu 30 menit .
Sekarang tinggal menyiapkan minuman segar. Karena bisa dijamin bahwa si Non tersayang akan terbangun di jam 11, bibi nggak akan membuat minuman buah hangat yang biasa disiapkan di pagi hari. Khusus hari ini, bibi akan membuat Ice Blended Tutty Fruity. Setelah dipikir-pikir, bibi nggak jadi bikin tutty fruity. Bibi akan membuat 4 gelas besar jus apel dan 4 gelas besar jus tomat yang di-mix dengan wortel. Minuman ini nggak membutuhkan waktu yang lama untuk dibuat. Pas banget, 30 menit kemudian semua minuman selesai dibuat. Bau harum dari brownies yang selesai dikukus pun sudah memenuhi dapur. Dengan segera, brownies diangkat dari tempatnya dan siap untuk disatukan.
Terlebih dahulu bibi membuat sendiri krimnya lalu meletakkan brownies rasa jeruk dibawah dan yang coklat diatas. Si bibi senyum-senyum sendiri melihat hasil karyanya sudah selesai dan siap untuk disantap Mell juga keluarga Saputra di rumah sakit.
Suara Mell yang baru terbangun dari istirahatnya, membuat bibi menoleh ke arah ruang keluarga. Terlihat dengan jelas bahwa Mell sedang mengumpulkan nyawaya yang sebagian masih bertamasya di negeri mimpi. Bibi hanya tersenyum dan segera menghampiri Mell.
“ Non udah bangun? “, sapa bibi dari sebelah Mell sambil mengelus pundak kanan Mell.
“ Jam berapa ya bi? “
“ Jam 11 lebih dikit non. “
“ HAH?! KENAPA BIBI NGGAK BANGUNIN MELL?? “, jawab Mell sambil membelalakkan mata.
“ Si bapak yang suruh bibi nggak bangunin non. Katanya sih hari ini si bapak udah bilang sama wali kelas non kalo non absen dulu. “
“ Oh.. “, jawab Mell lemas sambil memegang lehernya yang dirasa tegang.
“ Non, naik dulu ke kamar terus mandi ya? Bibi udah siapin sarapan buat non. Sama ada jus dan kue. Nanti jus sama kue dibawa ke rumah sakit terus di makan bareng-bareng. “
“ Ada kabar dari papa tentang Kevin? “
“ Belum non. “
“ Ya udah. Mell mandi ya. “
“ iya non. “
Langkah gontai dari kaki Mell sedikit mengiris pedih hati bibi. Sebelumnya, bibi nggak pernah melihat anak majikannya selemas dan selemah itu. Bibi teringat dengan anak perempuannya dulu. Kalau masih hidup, mungkin seumuran dengan Mell. Sayangnya, anak semata wayang bibi meninggal dikebakaran desa yang terjadi belasan tahun lalu.
Saat itu, bibi sedang meninggalkan Tiara beserta suaminya ke pasar. Begitu pulang dari pasar, desa sudah rata dengan abu dan tanah. Saat pemeriksaan desa, tiba giliran rumah bibi untuk diperiksa. 1 badan dewasa dan 1 badan mungil yang ada di dalam pelukan, hangus gosong dan berwarna hitam legam. Bibi hanya bisa meratapi kedua jasad yang ada didepannya. Akhirnya, suami dan anaknya dimakamkan di pemakaman tanah kelahiran si bibi. 3 bulan bibi dilingkupi dengan ratap dan tangis. Hingga akhirnya suatu hari tetangga si bibi berkata bahwa bibi nggak bisa hidup seperti it uterus-terusan dan menyarankan bibi untuk mencari pekerjaan di kota besar. Well, bukan sebuah saran yang jelek untuk dilakukan. 2 minggu adalah waktu yang dibutuhkan bibi untuk berpamitan dengan semua penduduk desa dan keluarga da setelah itu, bibi melangkahkan kaki di kota besar untuk mecari pekerjaan.
Saat tiba di kota, Nyonya Alendra Saputra sedang mencari seorang house maid yang cukup umur dan tidak mempunyai keluarga sendiri. Saat Nyonya Alendra sedang dipasar, dilihatnyalah ibu-ibu paruh baya dengan kebaya ala manusia jaman dulu dengan wajah lugu dan kebingungan, itulah si bibi yang sedang bingung akan kemana selanjutnya dia melangkah. Saat itu si bibi kurus dan pucat, Nyonya Alendra tergerak hatinya untuk membawa bibi pulang. Dengan sebuah senyum dan kata-kata yang ramah, Nyonya Alendra menawarkan bibi menjadi house maid dengan jaminan kamar dan keluarga Nyonya Alendra yang akan menjadi keluarga bibi juga nantinya. Dengan lugunya, bibi mengiyakan ajakan itu dan segera ikut Nyonya Alendra menuju istananya yang megah.
Setelah menginjakkan kaki dirumah itu, bibi melihat pemandangan tak terduga yang membuatnya ingat akan si kecil Tiara. Si kecil Mell sedang berlarian kemana-mana dengan si ekcil Kevin. Wajah lugu dan polos Mell mengingatkan bibi akan senyum ceria Tiara saat dia bermain dengan teman-teman sebayanya. Air mata tak dapat dibendung dan bibi menutupi wajahnya dengan 2 telapak tangan yang mulai mengerut.
Si kecil Mell yang melihat adegan itu, langsung menghampiri mamanya dan bertanya, “ si bibi itu kenapa ma? “
“ Mama nggak tau sayang. “
Dengan senyum yang manis, Mell keluar menuju taman depan dan mengambil sebuah bunga yang dilihatnya paling cantik diantara semuanya. Dengan malu-malu Mell menyerahkan bunga itu kepada bibi dan berkata, “ Bi, kalo bibi nangis, mell bisa ikut nangis. Kalo bibi mau senyum bisa cantik kaya bunga ini. “. Bibi melepaskan tangannya dari wajahnya dan melihat Mell sekilas. Wajah mungil dan polos yang ada didepannya benar-benar menjadi sebuah pemacu semangatnya. Dengan senang hati si bibi menerima bunga itu dan tersenyum balik. Mell ikut tersenyum dan melanjutkan permainannya dengan Kevin.
8 tahun sudah bibi melihat Mell dengan wajah ceria, sedih, galau, kacau, bahkan menangis. Tapi wajah semalam yang dilihatnya, benar-benar membuat bibi tak menahan kuasa untuk menangis, hatinya pedih melihat anak majikannya yang seperti anaknya sendiri, kehilangan tenaga dan pulang dengan tatapan yang kosong. Tenaga bibi yang tadinya tersisa 60% berkurang menjadi 5% setelah melihat Mell pulang. Langkah gontai tadi benar-benar membuat bibi khawatir.
30 menit kemudian…
“ bi, wangi banget baunya… “
“ Udah siap ke rumah sakit non? “
“ Siap. “
“ Mobil udah dipanasin. Bibi minta supir tetangga buat anter, mang mput yang jaga rumah. “
“ Iya bi. Ini bau brownies ya? “
“ Non nggak usah banyak Tanya. Sampe di rumah sakit nanti bisa diliat isinya apa. “
“ Iya deh bi. Semoga si Kevin udah sadar. “
“ Ya udah. Ayo berangkat! “
No comments:
Post a Comment